Minggu, 17 Juli 2011

Hadits XII sk1 MANU Banat

Standar Kompetensi :
Memahami hadis tentang taat pada Allah dan rasulNya
Kompetensi Dasar :
1. Mengartikan hadits tentang taat kepada Allah dan rasul Nya
2. Menjelaskan kandungan hadits tentang taat kepad Allah dan Rasul-Nya
3. Menunjukkan perilaku orang yang mengamalakan hadits tentang taat kepasa Allah dan Rasul-Nya.
4. Menerapakan dalam kehidupan perilaku taat kepada Allah dan Rasul-Nya seperti yang terkandung dalam hadits tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya

1. عن أبى هريرة رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :من أطاعنى فقد اطاع الله ومن عصانى فقد عصى الله ومن يطع الامير فقد اطاعنى ومن يعص الامير فقد عصانى(متفق عليه)
معنى المفردات :
أطاع      : فعل الانقياد
عصى      : ترك الانقياد
الأمير      : أولى الأمر
الإيضاح :
الحديث يبيّن بانّ طاعة الله وطاعة الرسول شيئان متلازمان غير مفترقين. فواجب على المكلف طاعة الله بأن يكون ممتثلا لأوامره ومجتنبا لنواهيه ومنقيدا لحكمه وواجب أيضا طاعة الرسول بان يكون متبعا لسنته مع عدم الامتناع. ويبين هذا الحديث أيضا وجوب طاعة الأمير فطاعة الأمير طاعة الرسول وعصيان الأمير عصيان الرسول, ولكن فى طاعة الأمير حدّا وهو ألا تكون هذه الطاعة فى معصية الله.  كما فى بعض الرواية  "لاطاعة لمخلوق فى معصية الخالق"(رواه احمد والحاكم)

2. عن أنس رضى الله عنه قال : قال النبي صلى الله عليه وسلم ثلاثة من كنّ فيه وجد بهنّ حلاوة الايمان : أن يكون الله ورسوله أحبّ إليه مما سواهما, وأن يحبّ المرء لايحبّه إلاّ لله, وأن يكره أن يعود فى الكفر بعد أن أنقذه الله منه, كما يكره أن يقذف فى النار (متفق عليه)
معنى المفردات :
   يقذف     : يرمى
   أنقذ              : نجّا وخلّص
الإيضاح :
الحديث يبيّن بأنه لاينال الشخص حلاوة الايمان إلا بفعل ثلاثة الأشياء المذكورة فى متن الحديث. قال فى دليل الفالحين المراد من حلاوة الإيمان إستلذاذ الطاعات وتحمل المشاق فى الدين وإيثار ذلك عن أغراض الدنيا.ومحبّة العبد لله تحصل بفعل طاعته وترك معصيته وكذا الرسول .
وقال الشيخ أبومحمد بن أبى حمزة : انما عبر بالحلاوة لأن الله تعالى شبّه الايمان بالشجرة فى قوله "مثل كلمة طيبةكشجرة طيّبة" فالكلمة هى كلمة الإخلاص, والشجرة أصل الايمان, وأغصانها أتباع الأوامر واجتناب النواهى, وزهرها مايهم به المؤمن من الخير, وثمرها عمل الطاعات, وحلاوة الثمر جنى الشجر وغاية كماله تناهى نضج الثمر وبه تظهرحلاوتها.

Kamis, 14 Juli 2011

Shalawat Gharnawiy

بِسِم الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ                 
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ رَحْمَةِ اللهِ  
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ فَضْلِ اللهِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ خَلْقِ اللهِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَا فِي عِلْمِ اللهِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَد كِلِمَاتِ اللهِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ كَرَمِ اللهِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ حُرُوفِ كَلاَمِ اللهِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ قَطْرِ اْلأَمْطَارِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ وَرَقِ اْلأَشْجَارِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ رَمْلِ الْقِفَارِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ الْحُبُوْبِ وَالثِّمَارِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَا أَظْلَمَ عَلَيهِ اللَّيْلُ وَأَشْرَقَ عَلَيْهِ النَّهَارُ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مِنْ صَلَّى عَلَيْهِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ أَنْفَاسِ الْخَلاَئِقِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ نُجُوْمِ السَّموَاتِ
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِ مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ كُلّ شَيءٍ في الدنيا والآخرة  وصلواتِ اللهِ تعالى وملائكتِهِ وأنبيائِه ورُسُلِه وجميعِ خَلْقِه على سيد المرسلينَ وإمامِ الُمُتَّقِيْنَ وقائِدِ الغُّرِّ الْمُحَجِّلِيْنَ و شفيعِ الْمُذْنِبِيْنَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وعَلىَ آَلِه وأصحابِه وأزواجِه وذُرِّيتِه وأهلِ بيتِه واْلأَئِمَّةِ الْمَاضِيْنَ والْمَشَايِخِ الْمُتَقَدِّمِينَ وَالشُّهَداءَ وَالصَّالِحينَ وأهلِ طاعتَكَ أجمعينَ مِنْ أَهْلِ السمواتِ وأهلِ اْلأَرَضِيْنَ برحمتك يا أرحمَ الراحمينَ يا أكرمَ الأكرمينَ والحمد للهِ ربِّ الْعالمينَ
Keutamaan dari sholawat ini adalah membaca satu kali sama dengan membaca sholawat 100 ribu kali. Sholawat ini langsung di ajarkan oleh Nabi Muhammad saw kepada Shulthon Mahmud Al Ghornawiy melalui mimpi

Selasa, 12 Juli 2011

Inilah Sekolah di Jepang

Moral di SD Jepang

Anak saya bersekolah di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) kota Tokyo, Jepang. Pekan lalu, saya diundang untuk menghadiri acara “open school” di sekolah tersebut. Kalau di Indonesia, sekolah ini mungkin seperti SD Negeri yang banyak tersebar di pelosok nusantara. Biaya sekolahnya gratis dan lokasinya di sekitar perumahan.
Pada kesempatan itu, orang tua diajak melihat bagaimana anak-anak di Jepang belajar. Kami diperbolehkan masuk ke dalam kelas, dan melihat proses belajar mengajar mereka. Saya bersemangat untuk hadir, karena saya meyakini bahwa kemajuan suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari bagaimana bangsa tersebut mendidik anak-anaknya.
Melihat bagaimana ketangguhan masyarakat Jepang saat gempa bumi lalu, bagaimana mereka tetap memerhatikan kepentingan orang lain di saat kritis, dan bagaimana mereka memelihara keteraturan dalam berbagai aspek kehidupan, tidaklah mungkin terjadi tanpa ada kesengajaan. Fenomena itu bukan sesuatu yang terjadi “by default”, namun pastilah “by design”. Ada satu proses pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilakukan terus menerus di masyarakat.
Dan saat saya melihat bagaimana anak-anak SD di Jepang, proses pembelajaran itu terlihat nyata. Fokus pendidikan dasar di sekolah Jepang lebih menitikberatkan pada pentingnya “Moral”. Moral menjadi fondasi yang ditanamkan “secara sengaja” pada anak-anak di Jepang. Ada satu mata pelajaran khusus yang mengajarkan anak tentang moral. Namun nilai moral diserap pada seluruh mata pelajaran dan kehidupan.
Sejak masa lampau, tiga agama utama di Jepang, Shinto, Buddha, dan Confusianisme, serta spirit samurai dan bushido, memberi landasan bagi pembentukan moral bangsa Jepang. Filosofi yang diajarkan adalah bagaimana menaklukan diri sendiri demi kepentingan yang lebih luas. Dan filosofi ini sangat memengaruhi serta menjadi inti dari sistem nilai di Jepang.
Anak-anak diajarkan untuk memiliki harga diri, rasa malu, dan jujur. Mereka juga dididik untuk menghargai sistem nilai, bukan materi atau harta.
Di sekolah dasar, anak-anak diajarkan sistem nilai moral melalui empat aspek, yaitu Menghargai Diri Sendiri (Regarding Self), Menghargai Orang Lain (Relation to Others), Menghargai Lingkungan dan Keindahan (Relation to Nature & the Sublime), serta menghargai kelompok dan komunitas (Relation to Group & Society). Keempatnya diajarkan dan ditanamkan pada setiap anak sehingga membentuk perilaku mereka.
Pendidikan di SD Jepang selalu menanamkan pada anak-anak bahwa hidup tidak bisa semaunya sendiri, terutama dalam bermasyarakat. Mereka perlu memerhatikan orang lain, lingkungan, dan kelompok sosial. Tak heran kalau kita melihat dalam realitanya, masyarakat di Jepang saling menghargai. Di kendaraan umum, jalan raya, maupun bermasyarakat, mereka saling memperhatikan kepentingan orang lain. Rupanya hal ini telah ditanamkan sejak mereka berada di tingkat pendidikan dasar.
Empat kali dalam seminggu, anak saya kebagian melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain.
Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi. Anak-anak di SD Jepang tidak ada yang membawa handphone, ataupun barang berharga. Berbicara tentang materi adalah hal yang memalukan dan dianggap rendah di Jepang.
Keselarasan antara pendidikan di sekolah dengan nilai-nilai yang ditanamkan di rumah dan masyarakat juga penting. Apabila anak di sekolah membersihkan WC, maka otomatis itu juga dikerjakan di rumah. Apabila anak di sekolah bersahaja, maka orang tua di rumah juga mencontohkan kebersahajaan. Hal ini menjadikan moral lebih mudah tertanam dan terpateri di anak.
Dengan kata lain, orang tua tidak “membongkar” apa yang diajarkan di sekolah oleh guru. Mereka justru mempertajam nilai-nilai itu dalam keseharian sang anak.
Saat makan siang tiba, anak-anak merapikan meja untuk digunakan makan siang bersama di kelas. Yang mengagetkan saya adalah, makan siang itu dilayani oleh mereka sendiri secara bergiliran. Beberapa anak pergi ke dapur umum sekolah untuk mengambil trolley makanan dan minuman. Kemudian mereka melayani teman-temannya dengan mengambilkan makanan dan menyajikan minuman.
Hal seperti ini menanamkan nilai pada anak tentang pentingnya melayani orang lain. Saya yakin, apabila anak-anak terbiasa melayani, sekiranya nanti menjadi pejabat publik, pasti nalurinya melayani masyarakat, bukan malah minta dilayani.
Saya sendiri bukan seorang ahli pendidikan ataupun seorang pendidik. Namun sebagai orang tua yang kemarin kebetulan melihat sistem pendidikan dasar di SD Negeri Jepang, saya tercenung. Mata pelajaran yang menurut saya “berat” dan kerap di-“paksa” harus hafal di SD kita, tidak terlihat di sini. Satu-satunya hafalan yang saya pikir cukup berat hanyalah huruf Kanji. Sementara, selebihnya adalah penanaman nilai.
Besarnya kekuatan industri Jepang, majunya perekonomian, teknologi canggih, hanyalah ujung yang terlihat dari negeri Jepang. Di balik itu semua ada sebuah perjuangan panjang dalam membentuk budaya dan karakter. Ibarat pohon besar yang dahan dan rantingnya banyak, asalnya tetap dari satu petak akar. Dan akar itu, saya pikir adalah pendidikan dasar.
Sistem pendidikan Jepang seperti di atas tadi, berlaku seragam di seluruh sekolah. Apa yang ditanamkan, apa yang diajarkan, merata di semua sekolah hingga pelosok negeri. Mungkin di negeri kita banyak juga sekolah yang mengajarkan pembentukan karakter. Ada sekolah mahal yang bagus. Namun selama dilakukan terpisah-terpisah, bukan sebagai sistem nasional, anak akan mengalami kebingungan dalam kehidupan nyata. Apalagi kalau sekolah mahal sudah menjadi bagian dari mencari gengsi, maka satu nilai moral sudah berkurang di sana.
Di Jepang, masalah pendidikan ditangani oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan Ilmu Pengetahuan Jepang (MEXT) atau disebut dengan Monkasho. Pemerintah Jepang mensentralisir pendidikan dan mengatur proses didik anak-anak di Jepang. MEXT menyadari bahwa pendidikan tak dapat dipisahkan dari kebudayaan, karena dalam proses pendidikan, anak diajarkan budaya dan nilai-nilai moral.
Mudah-mudahan dikeluarkannya kata “Budaya” dari Departemen “Pendidikan dan Kebudayaan” sehingga “hanya” menjadi Departemen “Pendidikan Nasional” di negeri kita, bukan berarti bahwa pendidikan kita mulai melupakan “Budaya”, yang di dalamnya mencakup moral dan budi pekerti.
Hakikat pendidikan dasar adalah juga membentuk budaya, moral, dan budi pekerti, bukan sekedar menjadikan anak-anak kita pintar dan otaknya menguasai ilmu teknologi. Apabila halnya demikian, kita tak perlu heran kalau masih melihat banyak orang pintar dan otaknya cerdas, namun miskin moral dan budi pekerti. Mungkin kita terlewat untuk menginternalisasi nilai-nilai moral saat SD dulu. Mungkin waktu kita saat itu tersita untuk menghafal ilmu-ilmu “penting” lainnya.
Demikian sekedar catatan saya dari menghadiri pertemuan orang tua di SD Jepang.
Salam.
Sumber:

Kamis, 07 Juli 2011

Latihan buat Blog

Para guru Banat latihan buat Blog dengan bimbingan staf ahli IT dari UMK Kudus, yang bertempat di madrasah MANU Banat Kudus, 7 Juli 2011 sejak pagi sampai sore. Mereka kelihatan tidak merasa lelah, mungkin karena senang dan memang menjadi tuntutan zaman.