Mengenang
‘Fitnah’ atas Subchan ZE
Sekedar merenung atas firman Allah
SWT dalam Al Qur'an yang maknanya: "Fitnah itu lebih jahat dari
pembunuhan". Ini cerita Muktamar NU tahun 1971 di Surabaya. Muktamar
ini "dimasuki" tangan-tangan kotor dari luar, dari pihak yang sedang
berkuasa. HM Subchan ZE, Ketua I PBNU jadi target operasi untuk tidak terpilih
kembali sebagai pengurus PBNU. Sikap-sikap politik Subchan sudah sangat
menyebalkan bagi pihak yang berkuasa, karena kritiknya tentang persoalan
politik, ekonomi dan juga soal penegakan hukum. Sejak Seminar
Ekonomi di UI "Membangun Trace Ekonomi Baru Indonesia", dimana
Subchan ZE menjadi panelis bersama dua ekonom UI, Wijojo Nitisastro dan Ali
Wardhana, suara Subchan sudah dianggap berbeda. Tidak berada pada
"koor" Orde Baru. Semakin hari rupanya Subchan ZE dianggap
semakin menjadi. Dia sudah menjelma oposan (pertama) bagi Orde Baru. Berani,
argumentatif, cerdas tetapi tetap flamboyan. Ada skenario dari pihak kekuasaan
untuk "menggusur" Subchan ZE dari PBNU.
Celakanya rencana ini juga
melibatkan orang dalam NU sendiri. Ramailah di Muktamar 1971 itu.
Berbagai selebaran miring tentang Subchan ZE, suka dansa dan tuduhan gay atau
homoseksual. Kebetulan sampai saat itu, Subchan yang lahir di Kepanjen
Malang akhir 1930, belum beristri, bahkan sampai wafatnya pada tahun
1973. Tentang berbagai tuduhan seram itu, anehnya di Muktamar tidak
pernah dilakukan tabayyun. Pada masa itu di NU ada sebuah mekanisme
penyelesaian atas kasus atau tuduhan penyimpangan, itulah mekanisme "Ruju'
ilal haq". Itu pun jika terbukti memang ada pelanggaran. Sekian
tahun setelah Muktamar 1971, H. Mahbub Djunaidi yang jurnalis kawakan NU pernah
mengatakan, "Dalam pandangan politik, saya tidak selalu cocok dengan
almarhum (Subchan ZE), tetapi di Surabaya, bertebaran selebaran macam-macam
fitnah oleh beberapa tokoh NU juga. Saya sangat tidak setuju. Itu tidak
beradab". Dan pada Muktamar 1971 di Surabaya itu, Subchan ZE masih
terpilih sebagai Ketua I dengan Ketua Umum KH Idham Chalid. Sungguh luar
biasa. Tahun 1972, Subchan ZE dipecat dengan keputusan PB Syuriah NU.
Waktu itu Rais Aamnya KH Bisri Syansuri. Pemecatan Subchan ZE telah menimbulkan
gelombang protes di kalangan kiai-kiai NU. KH Ma'soem atau Mbah Ma'soem Lasem
yang pada masa itu sebagai kiai paling sepuh, menolak keras. Lalu putra
sulungnya KH Ali Maksum dari Krapyak sampai mengatakan kepada media, "NU
tanpa Subchan hanya akan dianggap orang sebagai partai tahlilan
semata".
Tahun 1973 HM Subchan ZE wafat di
Mekah selepas menunaikan ibadah haji. Untuk mengenangnya,
Mahbub Djunaidi menulis di harian Kompas, Subchan ZE Ayam Jantan
yang Kesepian. Hinakah dia atau muliakah dia di hadapan Allah ?
Wallahu a’lam.
======
Sumber: https://jabar.nu.or.id/sejarah/mengenang-fitnah-atas-subhan-ze-xZaw8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar