PERAYAAN MAULID ALA
IBNUL JAUZI
Perayaan
memperingati kalahiran Nabi SAW. di negeri tercinta sudah menjadi tradisi jauh
sebelum Indonesia merdeka tahun 1945.
Seingat saya, di masjid-masjid kampong diadakan kenduri waktu sore hari selepas
Ashar, dengan makanan “jajan pasar” yang berasal dari setiap rumah di sekitar
masjid. Kemudian malam harinya diadakan pembacaan maulid Nabi karya
Al-Barzanji, salah satu kumpulan (ontology) tentang sejarah kelahiran Nabi
SAW., baik berupa prosa ataupun puisi. Dan ada juga yang membaca Diba’, yaitu
kitab Maulid karya Ad-Diba’i.
Nabi Muhammad SAW. adalah manusia pilihan, orang yang paling top dan nomor wahid,
yang dipilih oleh Michael H. Hart. sebagaimana yang tertulis dalam bukunya: The 100: A Ranking Of
The Most Influential Persons In History (Seratus tokoh
paling berpengaruh dalam sejarah), dengan argument/ alasan yang rasional dan debatable (memungkinkan diperdebatkan).
Lepas dari
itu, ada
kitab Maulid tulisan Ibnul-Jauzi yang bermazhab Hanbali yang tidak banyak kita (baca: orang
Nahdliyin) ketahui dan memang tidak terbiasa kita membacanya. Padahal
tulisannya sangat bagus, tidak kalah dengan Al-Barzanji. Mengapa ? Pada tulisan
ini akan diperkenalkan penulis yang satu ini, yang bermazhab Hanbali. Siapa
beliau itu yang menulis kitab maulid Nabi ? Ceritanya sebagai berikut:
Ibnul Jauzi atau Abu al-Faraj ibn al-Jauzi (508 H-597 H)
adalah seorang ahli fikih, sejarawan, ahli tata bahasa, ahli tafsir, pendakwah,
dan syaikh yang merupakan tokoh penting dalam berdirinya kota Baghdad dan pendakwah mazhab Sunni Hanbali yang terkemuka di masanya. Garis keturunan
(nasab) keluarganya apabila ditelusuri akan mencapai kepada sahabat nabi: Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Karya-karya Ibnul- Jauzi menunjukkan betapa
dia mewarisi ajaran mazhab Hanbali. Sebagian besar karyanya adalah
bertema hagiografi
(biografi yang isinya menguduskan/mengidolakan tokohnya) dan tema-tema yang sifatnya mengandung polemik (polemical
nature). Bidang ketertarikannya secara khusus adalah penilitian kritis dan
mendalam terhadap aliran mistisisme (tasawuf), dan menyatakan bahwa para
mistikus (sufi) sejati, mestinya adalah mereka yang cara hidupnya mencocoki
para sahabat Nabi. Karya tulisnya disebutkan hingga mencapai
300-an judul dan yang terkenal diantaranya adalah:
- Zad al-Masir, kitab tafsir
Al-Qur'an
- Maudhu’at Kubra, kitab kumpulan hadits-hadits palsu,
- Talbis Iblis,
- Minhajul
Qashidin,
sebuah kitab revisi atas kitab Ihya Ulumuddin karya Imam al-Ghazali.
- Shaidul Khatir, dll.
Dari
karya tersebut, terutama sikap kritisnya terhadap kitab Ihya’-nya Al-Ghazali,
menjadilah tulisan-tulisan beliau tidak banyak dibaca oleh kita, masyarakat Syafi’iyyah yang notabene-nya mengagumi
karya-karya Hujjatul- Islam (the Authority of Islam,
Pembela Islam):
Al-Ghazali.
Mari
kita coba menelaah kitab Maulid-nya
sebagai di bawah ini (saya tuliskan kembali dalam mukoddimahnya, sbb.:
بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله الذي أبرز من عروس الحضرة صبحا
مستنيرا، و اطلع فى أفلاك الكمال من بروج الحال شمسا وقمرا منيرا، واختار فى القدم
سيد الكونين حبيبا ونبيا ونجيا وسفيرا....
(Dengan menyebut Nama Allah, yang Pengasih
dan Penyayang. Alhamdu Lillah, segala puji bagi Allah yang telah menampakkan
dari Hadirat-Nya di saat subuh yang bersinar; yang telah memunculkan di
cakrawala kesempurnaan-Nya sebagai matahari dan bulan yang bersinar; yang telah
memilih sejak dahulu kala seorang pemimpin jin dan manusia sebagai kekasih,
nabi, penyelamat dan sebagai duta….dst.)
Melihat
teks tersebut, dapat diketahui bahwa, Ibnul-Jauzi adalah seorang sastrawan yang
merangkai kata-kata dalam Maulid-nya bernuansa puitis, walau dengan
bentuk prosa. Dan ada syair/ bait-bait puisi yang dirangkai beliau yang
menggambarkan alam bergembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW., sbb:
صبح الهدى ملأ الوجود سرورا # لما بدا وجه الحبيب منيرا.
و ترنم الأطيار عند ولاده # طربا و مال الغصن منه سرورا
(Di waktu subuh, segala wujud (baca: alam)
bergembira#
ketika
munculnya wajah sang kekasih (habib) yang bersinar.
Burung-burung
pada bernyanyi bersautan menyongsong kelahiran Nabi #
pohon
dan ratingnya berjoget suka-ria).
Diceritakan
oleh Ibnul Jauzi, bahwa Nabi
Adam memperoleh ampunan Allah SWT. lantaran Nabi Muhammad SAW. Nabi Idris
diangkat oleh Allah, karena Nabi kita. Nabi Hud dalam doanya memohon
diakui sebagai keluarganya. Nabi Nuh melakukan wasilah dengan Nabi Muhammad SAW.
meskipun Nabi Muhammad SAW. belum hadir di dunia nyata.
Malah,
Allah SWT. , lewat malaikat Jibril, memerintahkan umat Muhammad untuk bergembira dan bersenang di malam
kelahiran Nabi SAW. seperti teks berikut:
واطلع
الله ليلة ولادته أقمارا وبدورا، وأمر الجليل جبرائيل أن ينادى فى الكائنات من سائر
الجهات: يا أمة محمد طيبوا فرحا وسرورا....
(Allah
memunculkan di malam kelahiran Nabi SAW. bulan-bulan dan bintang gemintang,
memerintahkan Jibril memberikan pengumuman di seluruh penjuru alam raya: “Wahai
umat Muhammat, bergembiralah kalian dengsn suka –ria…”).
Di halaman lain disebutkan, bahwa
orang yang paling banyak membaca shalawat kepada Nabi SAW., justru ia akan
memperoleh istri terbanyak di syurga. (Aktsarukum Alayya shalatan, aktsarukum
azwajan fil-Jannah).
Jika
kita mengalami kesulitan dalam hal kebutuhan pokok (mendesak), maka hendaklah ia memperbanyak
membaca shalawat kepada Nabi SAW. (Man ‘Asurat ‘alaihi Hajatun, falyuktsir
minash Shalati was salami ‘alayya). Demikian tulis Ibnul-Jauzi. Dan masih
banyak hal yang menarik untuk ditalaah, yang tentunya standar pemikirannya
dalam masalah maulid tidak berbeda jauh dari pandangan kita –warga nahdliyyin.
(Sekian semogga bermanfaat).