Rabu, 20 Juni 2012

Pancasila sudah final ?


Pancasila & Prof. Dr. HAMKA “keterangan Prof. Dr. HAMKA tentang Sila Pertama pada Pancasila”

Pertanyaan :
Menurut sila pertama dari “Pancasila”, sebagai dasar Negara kita, disebut “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Apakah “esa” disini dalam arti menurut ajaran ( keyakinan ) ajaran Islam, atau juga menurut ajaran Kristen , atau Hindu Bali ?
Jawaban :

“Pancasila” adalah dasar yang telah tegus dari Negara kita, diapun adalah sebagai pelaksanaan juga dari “Piagam Jakarta” dan dalam piagam Jakarta itu jelas persetujuan yang telah diperbuat wakil-wakil dari golongan Nasionalis, Islam, Kristen, untuk mendirikan Negara Republik Indonesia ini, “Ketuhanan yang Maha Esa” dari segi mana pun dilihat adalah lebih dekat kepada pendirian kita Umat Islam Indonesia, jika dibandingkan dengan golongan agama yang lain, baik dia kristen atau dia Hindu Bali.


Kita tidak mengakui ada Tuhan selain Allah “Esa” berarti tunggal atau satu. Dan agama kitalah yang mengakui kesatuan itu dengan mutlak. Diru,uskan dengan ucapan :

لا إله إلا الله وحده لاسريك له له الملك وله الحمد يحي ويميت وهو على كل شيء قدير

“tiada Tuhan selain Allah , yang tidak ada sekutu bagiNYA, bagi NYA seluruh kekuasaan dan bagi NYA seluruh Puji-pujian . Dia yang menghidupkan dan Dia yang mematikan, dan Dian Maha Kuasa atas Segala sesuatu”

قل هو الله أحد * الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد

“katakan ; Allah itu adalah Esa, Allah tempat berlindung; tiada Dia beranak dan Dia tidak diperanakan, dan tidak ada satupun yang menyamaiNYA”
Asal kita kaum muslimin sadar akan pendirian Tauhid kita, dan sadar pula akan lebih banyaknya bilangan kita, dengan menjunjung tinggi Pancasila yang mempunyai dasar pertama dan utama “ Ketuhanan Yang Maha Esa” , kitalah yang akan lebih banyak dapat bergerak luas memajukan agama kita dalam Negara Republik Indonesia ini. Tetapi bila kita bermalas-malas, berpecah belah, maka Ketuhanan Yang Maha Esa akan tetap tertulis juga menjadi dasar Negara, tetapi akan ditafsirkan oleh yang menyekutukan Allah dengan yang lain menurut Tafsir nya masing-masing.

( dari majalah gema Islam No.22 th. I tanggal 15 Desember 1962 )

Senin, 11 Juni 2012

Remidi Mapel I.Hadits XI PK MA NU Banat 2012


Remidi Ilmu Hadits XI PK MA Nu Banat
AL HUSNA           
74
Remidi

 

ANIQ FARIHAH       
74
FAILASHUFA         
74
ITSNA SHOFIL F     
74
ARINI RUSDA        
72
BADIATUL HIKMAH    
72
KHUSNUL KHOTIMAH   
72
NILA RIZQI MAULIDA 
72
WENTY ERLINA F     
72
NUR AFIFAH A N     
70
RHISMA UMAMI       
70
DIENUL MALIYYA AL H
68
PUJI ANDIKA SARI   
68
RATNA AGUSTINA     
68
SITI NAILUL MUNA   
68
BAROKATUS S        
66
ARI JUMROTUN        
65
SAYYIDATUL M A     
65
DYAH MEIDITA       
64
LAILA HAMMADA      
64
NURIYA HUSNA       
64
CHOERUL ISTIADAH   
62
NOOR KHAMIDAH      
62
RIZQI NABILA       
60
FASICHA FURAIDA    
58
IFFAH ELVINA       
58
NURUL ILMI ELVIA N 
58
NIDA UL HASANAH    
56
MEITAENGGANIMARIA U
54
MELLA IMANIA S     
54
FADLILATUL M       
44
IKA FATIMATUZZAHRO 
44

Rabu, 06 Juni 2012

NOVEL KH HASYIM ASY'ARI


Novel Biografi K.H. Hasyim Asy'ari

Selesai juga membaca kisah perjalanan hidup K.H. Hasyim Asy'ari sang pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia. Terima kasih kepada Aguk Irawan, lulusan al-Azhar Kairo, sang pengarang buku ini yang merupakan warga NU.

Garis Keturunan K.H. Hasyim Asyari
Sebagai novel sejarah, buku ini banyak berisi data-data sejarah. K.H. Hasyim Asy'ari lahir dari keluarga yang secara turun temurun memimpin pesantren. Ayahnya Kyai Asyari pemimpin Pesantren Keras di Jombang. Ibunya Halimah adalah putri Kyai Usman pemimpin Pesantren Gedang, yang santrinya dari seluruh Jawa. Sedangkan kakeknya, ayah dari Kyai Usman, adalah Kyai Sihah adalah pendiri Pesantren Tambakberas di Jombang.

Menuntut Ilmu ke banyak Pesantren dan Guru
Dari kecil mendapatkan ilmu dari ayah dan kakeknya Kyai Asy'ari dan Kyai Usman. Lalu mulai umur 15 tahun. Beliau sudah berkelana menjadi santri di Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Trenggilis (Semarang), dan Pesantren Siwalan, Panji (Sidoarjo). K.H. Hasyim Asy’ari menunaikan ibadah haji pada tahun 1892 lalu menimba ilmu di Mekah. Di sana ia berguru pada Syeh Ahmad Khatib dan Syekh Mahfudh at-Tarmisi, gurunya di bidang hadis.

Mendirikan Pesantren Tebuireng
K.H. Hasyim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebuireng di kawasan yang banyak dihuni Perampok, Pelacur, Pemabok. Namun berkat kejelian dakwahnya, beliau tidak langsung berdakwah tentang Haram Halal tetapi melalui perbaikan ekonomi. Penduduk sekitar menjadi mengetahui tata cara bercocok tanam hingga berternak kolam ikan. Lambat laun, penduduknya tidak lagi berjudi, mabuk, dan menjadi tempat pelacuran. Bahkan beliau menikahkan banyak sesama mantan penduduknya yang sudah bertaubat.

Revolusi Pendidikan Islam
K.H. Hasyim Asy'ari pada zamannya sering membuat geleng-geleng para Kyai pesantren lainnya. Hal tersebut antara lain:
- mendirikan pesantren di Tebuireng yang saat itu terkenal sebagai tempatnya bromocorah, perampok, pemabok, suka berjudi, prostitusi, dan asusila.
- Materi ilmu-ilmu umum sampai metode seminari dimasukkan ke dalam Pendidikan Islam bersanding imbang dengan ilmu-ilmu agama.
- Memasukkan materi Bahasa Belanda
- Serta mengajarkan Santrinya secara berdiskusi dan bersikap kritis.

Nasionalis Sejati
Novel ini kembali menampilkan KH. Hasyim sebagai sosok kontroversial, yang gagasannya selalu melampaui zamannya. Melalui hasil istikharahnya (hlm, 320), KH. Hasyim Asy’ari mau menerima tawaran kerjasama dari Jepang. Sementara banyak para Kiai lain dan rakyat yang sempat menjadi korban kekejaman Jepang mengkhawatirkan langkah politik KH. Hasyim tersebut. Jepang sendiri melunak dan mengambil jalan koperatif terhadap pribumi lantaran cemas bahwa suatu hari nanti Belanda akan merebut kembali wilayah yang kini diduduki Jepang. Kecemasan itu terbukti. Forum Internasional di Wina pada 1942 memutuskan bahwa negara-negara sekutu sepakat akan mengembalikan wilayah-wilayah yang diduduki Jepang kepada koloni masing-masing.

Landasan logika yang dijadikan pijakan KH. Hasyim adalah kenyataan bahwa beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dijajah Belanda, sehingga mentalitasnya rapuh dan mudah ciut. Dengan didikan dan gemblengan militer dari Jepang, bangsa Indonesia diharapkan memiliki kesiapan mental dengan suasana peperangan. Hal ini menjadi modal untuk kelak merebut kemerdekaan yang sesungguhnya. Sementara para kiai dari pesantren-pesantren lain melontarkan tuduhan bahwa KH. Hasyim Asy’ari adalah antek kolonialisme dan anti kemerdekaan (hlm, 322). Bagi mereka, cara yang tepat merebut kemerdekaan adalah dengan melawan kaum penjajah, tanpa kompromi apapun. Dengan kata lain, kubu KH. Hasyim adalah kubu nasionalis sejati sementara para kiai lain adalah nasionalis-idealis. Namun nyatanya, langkah politik yang ditempuh KH. Hasyim terbukti berbuah manis, masyarakat pribumi telah mengalami kemajuan yang pesat berkat keterlibatan Jepang.

Dalang di Balik Tercetusnya Ideologi Negara
Novel ini semakin seru tatkala menceritakan suasa politik nasional yang memanas lantaran terjadinya pertentangan kelompok dalam menentukan ideologi negara. Pada sidang BPUPKI 28 Mei-1 Juni 1945, kubu yang didalangi Soekarno dan Soepomo menghendaki negara ini bercorak nasionalis sekuler. Sedangkan kubu yang dikomandoi Muhammad Yamin menginginkan Islam sebagai landasan dasar negara Indonesia. Kedua kubu ini masih terus saling menguatkan pandangan masing-masing, sehingga nasib Indonesia masih di ambang kesuraman, apakah dijadikan negara sekuler atau negara Islam. Pertentangan tersebut baru reda setelah hadirnya Abdul Wahid Hasyim.

Abdul Wahid Hasyim yang sudah menerima gagasan dari ayahandanya, KH. Hasyim Asy’ari, tampil sebagai penengah dan mempertemukan dua kubu yang bertentangan itu. Wahid Hasyim menyampaikan pesan-pesan dari ayahandanya bahwa kondisi sosial politik bangsa Indonesia ketika itu persis dengan kondisi Madinah pada masa Rasulullah. Karena itulah, ideologi negara yang tercantum dalam Piagam Madinah layak untuk dijadikan contoh dalam merumuskan ideologi negara Indonesia. Mendengar penjelasan dari Wahid Hasyim, putra KH. Hasyim, kubu Soekarno dan kubu M. Yamin sama-sama menerima. Sejak saat itulah, Piagam Jakarta disepakati bersama (hlm, 346). Secara tidak langsung, KH. Hasyim Asy’ari adalah dalang di balik tercetusnya ideologi negara Indonesia, dan berkat gagasannya itu pertentangan ideologi dapat diredakan.

Pembela Kemerdekaan
Kadang kala, pihak yang paling mencintai negara adalah rakyat, dan pemerintah seringkali memiliki logika yang jauh dari hati nurani kaum bawah. KH. Hasyim Asy’ari atas nama hati nurani rakyat mengeluarkan fatwa jihad fi sabilillah untuk melawan tentara sekutu yang berniat kembali menguasai Indonesia. Sementara pemerintah menyepakati kesepatakan ‘gelap’ dengan pihak kolonial yang disebut Perundingan Linggarjati. ‘Kesepatakan gelap’ yang dimaksud adalah kesepatakan yang tidak mewakili seluruh suara rakyat, sehingga Perundingan Linggarjati-salah satu pointnya—membentuk Negara Republik Indoneisa Serikat (RIS). KH. Hasyim, Bung Tomo, Jenderal Soedirman, Kiai Wahab Hasbullah, dan tokoh-tokoh lainnya mengadakan kesepakatan tandingan di Tebuireng. Bagi kubu KH. Hasyim, kemerdekaan adalah harga mati dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Negara RIS dianggap sama halnya dengan menggadaikan kembali kemerdekaan. Pada saat itulah, negara menjadi ‘tak-berfungsi’. KH. Hasyim menjadi komando utama untuk menggerakkan rakyat melawan penjajah. Sayangnya, KH. Hasyim harus pergi menemui Tuhan Pencipta Kehidupan ini tepat pada saat satu persatu wilayah nusantara ini jatuh ke tangan penjajah.

Sebagai buku bermuatan sejarah, karya Aguk Irawan ini dapat dibilang sukses. Namun sebagai karya fiksi, ia menyimpan ‘kecacatan’; data-data sejarah menumpuk disana-sini, sehingga mengganggu pembaca menikmati keindahan fiksi itu sendiri. Akan tetapi, ‘kekurangan’ ini boleh jadi sebagai ‘sisi keunggulan’nya, mengingat informasi-informasi sejarah yang ditampilkan seakan-akan ingin menciptakan ‘sejarah baru’ versi si pengarang. Terbukti ketika beberapa tokoh nasional yang kita puja selama ini, malah dalam novel ini diungkap segala sisi keburukannya (hlm, 401).

Beberapa copy paste dari:
[1] http://emka.web.id/ke-nu-an/2012/novel-penakluk-badai-kh-hasyim-asyarie-jadi-buku-terlaris-di-gramedia/[2] http://www.rifaizaonline.co.cc/index.php/literatur/review-buku/434-catatan-kecil-dari-penakluk-badai-novel-biografi-kh-hasyim-asyari.html