Jumat, 22 Juli 2022

KHOTBAH JUMAT; MENYIAPKAN MASA DEPAN

 

Khutbah Jumat: Persiapkan Masa Depan dengan Bekal Ketakwaan

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الشّرَائِعَ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّمِعُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ, فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Allah swt telah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Hasyr ayat 18:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah saw mengingatkan kita agar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هِرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ.َشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Sabtu, 16 Juli 2022

IMAN DAN TUTUR KATA YANG BAIK

 IMAN DAN TUTUR KATA YANG BAIK

Salah satu cara untuk mengusir rasa takut itu ialah berteriak. Jadi

agresivitas adalah justru pertanda rasa takut dan khawatir. Karena orang yang beriman itu semestinya mantap kepada diri sendiri dan tidak mengenal rasa khawatir, maka sikap-sikap agresif seharusnya tidak terdapat padanya. Bahkan dalam peperangan pun kaum beriman diajari bahwa mereka harus melakukannya lebih sebagai pembelaan diri daripada yang lain, dan tanpa sikap agresif atau melampau batas:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Dan perangilah mereka yang memerangi kamu, namun janganlah kamu bertindak agresif, sesungguhnya Allah tidak suka kepada mereka yang bertindak agresif,” (Q 2:190).

 

Oleh karena itu juga diterangkan dalam Kitab Suci bahwa salah satu kualitas kaum beriman ialah bahwa mereka itu, seperti dinyatakan daam Al-Qur’an:

وَهُدُوا إِلَى الطَّيِّبِ مِنَ الْقَوْلِ وَهُدُوا إِلَى صِرَاطِ الْحَمِيدِ

“Dibimbing ke arah tutur kata yang baik, serta dibimbing ke arah jalan (Allah) Yang Maha Terpuji,” (Q 22:24).

 

Karena tutur kata adalah cermin pikiran dan sikap batin, maka tutur kata yang baik dan benar disebutkan dalam Kitab Suci sebagai salah satu syarat terwujudnya perbuatan yang baik dan benar pula. Firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ....

 

“Wahai sekalian orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bertutur-katalah yang baik. Maka Dia (Allah) akan membuat baik amal perbuatanmu sekalian dan mengampuni dosa-dosa kamu,...” (Q 33:70 71).

 

Bahkan, Nabi Musa dan Harun pun, dalam menghadapi Fir’aun tetap dipesan:

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

“Maka ucapkanlah olehmu berdua tutur kata yang lembut kepadanya, kalau-kalau dia menjadi ingat atau takut (kepada Allah),” (Q 20:44).

 

Dalam zaman yang ditandai oleh adanya komunikasi antarmanusia yang semakin serba-meliputi secara intensif sekarang ini, tentu patut sekali kita merenungkan adanya kaitan langsung antara iman dan tutur kata yang baik itu. Salah satu rangkaian iman ialah tawakal (atau, menurut ejaan aslinya, “tawakkul”), yaitu “bersandar” dan “memercayakan diri” kepada Allah. Dan memang Allah disebut sebagai “al-Wakīl”, “Tempat Bersandar” atau “Pelindung”. Karena itu yang benar-benar beriman tentu memiliki keyakinan bahwa dia senantiasa dalam perlindungan Allah. Akibatnya ialah dia merasa mantap dan percaya kepada diri sendiri. Ini dilukiskan dalam al-Qur’an, Q 3:173 bahwa orang yang beriman itu, jika diberi tahu bahwa banyak orang telah bergabung untuk memusuhi mereka, mereka justru bertambah yakin dan beriman, dan berkata, “Hasbunā ‘l-Lāh wa ni‘ma ’l-wakil” (Cukuplah Allah bagi kami [sebagai Pelindung] dan Dia itu adalah sebaik baiknya tempat bersandar).

 

Oleh karena itu tidak pada tempatnya bila seorang yang beriman selalu merasa khawatir dan takut, apalagi rendah diri (minder). Allah memperingatkan, “Janganlah kamu sekalian merasa hina, dan jangan pula khawatir padahal kamu sekalian lebih unggul jika kamu benar-benar beriman,” (Q 3:139).

 

CATATAN:

Sekarang, dalam psikologi disebutkan bahwa salah satu akibat yang mungkin timbul dari ketidakmantapan kepada diri sendiri, kekhawatiran dan ketakutan, ialah agresivitas. Sikap dan tutur yang agresif bukanlah tanda keberanian dan “jiwa berjuang” seperti yang sering kita sangka dan gambarkan. Secara psikologis, agresivitas merupakan cara kita menyembunyikan rasa takut kita. Seperti orang yang ketakutan ketika berjalan di kegelapan malam, maka salah satu cara untuk mengusir rasa takut itu ialah berteriak. Jadi agresivitas adalah justru pertanda rasa takut dan khawatir. Karena orang yang beriman itu semestinya mantap kepada diri sendiri dan tidak mengenal rasa khawatir, maka sikap-sikap agresif seharusnya tidak terdapat padanya. Bahkan dalam peperangan pun kaum beriman diajari bahwa mereka harus melakukannya lebih sebagai pembelaan diri daripada yang lain, dan tanpa sikap agresif atau melampau batas: “Dan perangilah mereka yang memerangi kamu, namun janganlah kamu bertindak agresif, sesungguhnya Allah tidak suka kepada mereka yang bertindak agresif,” (Q 2:190).

 

Oleh karena itu juga diterangkan dalam Kitab Suci bahwa salah satu kualitas kaum beriman ialah bahwa mereka itu “Dibimbing ke arah tutur kata yang baik, serta dibimbing ke arah jalan (Allah) Yang Maha Terpuji,” (Q 22:24).

Karena tutur kata adalah cermin pikiran dan sikap batin, maka tutur kata yang baik dan benar disebutkan dalam Kitab Suci sebagai salah satu syarat terwujudnya perbuatan yang baik dan benar pula. Firman Allah: “Wahai sekalian orangorang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bertutur katalah yang baik. Maka Dia (Allah) akan membuat baik amal perbuatanmu sekalian dan mengampuni dosa-dosa kamu,” (Q 33:70 71). Bahkan Nabi Musa dan Harun pun, dalam menghadapi Fir’aun tetap dipesan: “Maka ucapkanlah olehmu berdua tutur kata yang lembut kepadanya, kalau-kalau dia menjadi ingat atau takut (kepada Allah),” (Q 20:44). Dalam zaman yang ditandai oleh adanya komunikasi antarmanusia yang semakin serba-meliputi secara intensif sekarang ini, tentu patut sekali kita merenungkan adanya kaitan langsung antara iman dan tutur kata yang baik itu.

 

Semoga manfaat