Jumat, 06 Mei 2011

Berhaji (2)


WUQUF DI ARAFAH
Karena wuquf di Arafah merupakan rukun haji terbesar maka barangsiapa yang tidak melaksanakannya, hajinya tidak sah.
Mengenai hal itu Nabi SAW bersabda:
“ALHAJJU’ARAFATUN MAN JAA-ALAlLA JAM’! QABLA THULUU’IL FAJRI FAQAD ADRAKAL HAJJA”
Artinya:
Haji itu adalah Arafah. Barangsiapa yang datang pada malam “mabit” di Muzdali{ah sebelum fajar menyingsing, ia sudah mendapatkan haji (HR.Abu Dawud).

Yang dimaksud dengan malam jam’i dalam hadis itu adalah malam berkumpul di Muzdalifah. yaitu tanggal 9 malam 10 Zulhijjah. Dan yang dimaksud dengan wukuf di Arafah adalah kehadiran seseorang di padang Arafah, baik dalam keadaan suci maupun dalam keadaan tidak suci, misalnya dalam waktu nifas, haids atau junub.
Melakukan wuquf haruslah menghadap kiblat, memperbanyak istighfar dan doa baik untuk dirinya maupun untuk orang lain, baik untuk mendapatkan kebaikan dunia maupun untuk memperoleh kemenangan di akhirat.
Istighfar dan doa itu hendaklah dilakukan dengan kekhususan dan keyakinan yang penuh serta dalam keadaan ingat kepada Allah swt. dalam berdoa itu hendaknya disertai dengan mengangkat kedua belah tangan.
Doa Nabi SAW ketika di hari Arafah adalah :
“LAA ILAHA ILLA ALLAAH WAHDAHULA SYARIIKA LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU BIYADIHIL. KHAIRU WAHUWA -ALA KULLI SYAI-IN QADIIR”
Artinya:
Tidak ada Tuhan kecuali Allah, yang Esa, tiada sekutu baginya, milik-Nya pula segala sanjungan. Di tangan¬Nya-lah segala kebajikan dan Ia Mahakuasa atas segala-galanya. (DR. Ahmad)

Sebelum wuquf di Arafah di sunatkan mandi terlebih dahulu. Hal ini sudah dilakukan oleh Ibnu Umar. Dan Umar sendiri mandi di Arafah dalam keadaan masih ihram. Tetapi mereka yang wukuf itu tidak disunatkan berpuasa.
Sumber : Buku Haji & Umrah, oleh Drs. Ir. Nogarsyah Moede Gayo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar