Senin, 30 Desember 2024

KEBANGKITAN PETANI

 

REFLEKSI KEMBALI PERAN NU SEBAGAI CIVIL SOCIETY

SUB TEMA: KEBANGKITAN PETANI**

 

SWASEMBADA PANGAN DENGAN PERTANIAN ORGANIK: PROBLEM DISTRIBUSI

1.     Swasembada pangan

a.      Swasembada pangan – Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan merupakan hak setiap orang dan semua mahluk hidup di muka bumi

b.      Mandiri pangan adalah kemampuan suatu negara atau daerah untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduknya secara mandiri.

c.      Kemandirian pangan dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.

    Swasembada Pangan dengan Pertanian Organik adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan suatu negara secara mandiri melalui praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pendekatan ini menekankan pengelolaan lahan secara alami tanpa ketergantungan pada bahan kimia sintetis, seperti pupuk dan pestisida, sehingga hasil panen yang dihasilkan lebih sehat, berkualitas tinggi, dan dapat menjaga keberlanjutan ekosistem.

 Persoalan Kontemporer Masyarakat Petani

  1. Ekonomi.

a.      Belum ada tradisi meningkatkan nilai tambah hasil produksi pertanian di tingkat keluarga/organisasi petani.

b.      Keputusan produksi dan pemasarannya masih dilakukan secara spekulatif.

c.      Input produksi di tingkat tanaman budidaya sangat tergantung kepada pihak luar; sementara itu, kegiatan ekonomi produktif di tingkat non-budidaya/ pasca panen masih sangat kurang/lemah,

d.      Akses permodalan dan informasi pasar masih sangat lemah/kurang.

e.      Belum memiliki atau tidak terampil dalam menjalankan lembaga ekonomi milik petani.

 2.           Sosial-budaya.

a.      Konsolidasi kepemilikan lahan pertanian di tingkat keluarga/antar keluarga petani banyak masalah.

b.     Kurangnya kesadaran keluarga petani untuk menyekolahkan anak-anaknya

c.      Tradisi, daya kreasi dan apresiasi seni-budaya lokal (pertanian) semakin berkurang.

d.     Terjadi ‘anomali’ perilaku (gaya hidup) di kalangan anak-anak (generasi muda) petani, à tarik menarik antara: desa-kota, pertanian-industri atau tradisional-moderen.

e.      Tradisi gotong-royong belum banyak diimplementasikan dalam kegiatan ekonomi produktif.

f.       Forum/wadah pertemuan warga masyarakat petani belum difungsikan secara optimal untuk mengapresiasi dan mengantisipasi persoalan yang berkembang.

 

3.             3. Politik.

a.      Kebijakan Pemerintah Semakin membingungkan

b.      Kebijakan pertanian diputuskan tanpa mendengarkan aspirasi dari masyarakat petani.

c.      Lembaga-lembaga pemerintahan di pedesaan khususnya, belum berfungsi sebagai wadah untuk aksi dan refleksi atas permasalahan yang terjadi di wilayahnya.

d.      Pilihan politik masyarakat petani, pada umumnya, masih bersifat pragmatis daripada ideologis.

e.      Belum ada kekompakan diantara sesama petani untuk memperjuangkan nasibnya secara politik.

f.       Masih banyak petani yang belum mengorganisir diri atau organisasi tani yang ada masih sangat lemah.

4.      Lingkungan.

a.      Kawasan penyangga (gunung/perbukitan) telah banyak yang gundul sehingga menimbulkan tanah longsor

b.      Kelangkaan sumber mata air untuk produksi pertanian semakin berkurang

c.      Air bersih /sumber mata air masyarakat banyak yang mati

d.      Kalender musin di abaikan

e.      Terjadi kerusakan agro ekosistem sehingga flora dan fauna  yang bermanfaat menghilang

f.       Tata ruang yang semakin kacau (contoh lahan pertanian menjadi perumahan)

g.      Semakin berkurangnya lahan pertanian.

h.      Lahan produksi pertanian (sawah/ladang) telah mengalami kerusakan sebagai akibat dari pemakaian pupuk dan pestisida kimia sintetis yang berlebihan.

  PROBLEM DISTRIBUSI

Distribusi produk pertanian organik sering menghadapi beberapa tantangan, di antaranya:

  1. Keterbatasan Infrastruktur        
  2. Transportasi: Banyak daerah penghasil pertanian organik berada di lokasi terpencil dengan akses jalan yang buruk, sehingga menghambat pengangkutan hasil panen ke pasar.  
  3. Penyimpanan: Produk organik lebih rentan terhadap kerusakan karena tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga membutuhkan fasilitas penyimpanan yang memadai seperti cold storage.
  4. Biaya Logistik Tinggi
  5. Transportasi dan pengelolaan produk organik membutuhkan biaya yang lebih besar dibandingkan produk non-organik, terutama karena sifat produk yang mudah rusak
  6. Jaringan Pemasaran yang Terbatas
  7. Tidak semua daerah memiliki jaringan distribusi yang cukup luas untuk menjangkau pasar lokal, nasional, atau internasional
  8. Kurangnya Kesadaran dan Permintaan Konsumen
  9. Banyak konsumen yang belum memahami manfaat produk organik, sehingga permintaan sering kali lebih rendah dibandingkan produk konvensional. Hal ini dapat menghambat distribusi karena pelaku usaha ragu untuk berinvestasi besar dalam pemasaran.5. Sertifikasi dan Regulasi    
  10. Sertifikasi organik yang diperlukan untuk memenuhi standar internasional sering kali memakan waktu dan biaya tinggi, yang dapat mempersulit produk organik untuk masuk ke pasar yang lebih besar.6. Persaingan dengan Produk Non-Organik
  11. Harga produk organik cenderung lebih tinggi, sehingga banyak konsumen yang lebih memilih produk konvensional, yang pada akhirnya memengaruhi distribusi produk organik.

 SOLUSI POTENSIAL

            Pertanian organik bukan sekedar tren, melainkan langkah penting menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan adil. Ini adalah harapan untuk masa depan di mana produksi pangan selaras dengan alam dan kebutuhan manusia yang lebih sehat. Ini perlu dukungan seluruh anak bangsa tanpa kecuali. Ini dapat tercapai jika ada:

 1.      Peningkatan Infrastruktur:

        Pemerintah dan pihak swasta dapat berinvestasi dalam infrastruktur transportasi dan penyimpanan.

2. Kemitraan dengan Ritel Modern:

    Menjalin kerja sama dengan supermarket dan yang laainnya untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.

3.     3. Peningkatan Edukasi Konsumen:

Kampanye tentang manfaat produk organik untuk kesehatan dan lingkungan.

4.      4. Penguatan Jaringan Produsen:

Membentuk koperasi petani organik untuk mempermudah distribusi dan menekan biaya logistik.

5.     5.  Subsidi Pemerintah:

Memberikan insentif untuk meringankan biaya sertifikasi dan logistik .

 “Semoga pertanian Indonesia Jaya”

 **Saniman el-Kudusi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar