PENCEMARAN LINGKUNGAN
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam
lngkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurangatau tidak dapat berfingsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup No. 4 Tahun 1982).
Pencemaran dapat timbul sebagai akibat kegiatan manusia ataupun disebabkan oleh
alam (misal gunung meletus, gas beracun). Ilmu lingkungan biasanya membahas
pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia, yang dapat dicegah dan
dikendalikan. Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi.
Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan
adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari
lingkngan. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan.
Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan
kerugian terhadap makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033%
di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat
memberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan apabila :
1.
Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2.
Berada pada waktu yang tidak tepat.
3.
Berada di tempat yang tidak tepat.
Sifat polutan adalah :
1.
Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat
lingkungan tidak merusak lagi
2.
Merusak dalam waktu lama. Contohnya Pb tidak merusak bila
konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat
terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.
A.
Macam-macam Pencemaran Lingkungan
1.
Berdasarkan Tempat Terjadinya
Menurut tempat
terjadinya, pencemaran dibedakan menjadi pencemaran udara, air, dan tanah. ²
a.
Pencemaran Udara
Pencemaran
udara disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2,
CFC, CO, dan asap rokok.
1)
CO2 Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya
kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin
yang menggunakan bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi), juga dari mobil,
kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak
segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh
dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat
mengakibatkan efek rumah kaca.
2)
CO Di lingkungan rumah dapat pula terjadi pencemaran. Misalnya,
menghidupkan mesin mobil di dalam garasi tertutup. Jika proses pembakaran di
mesin tidak sempurna, maka proses pembakaran itu menghasilkan gas CO (karbon
monoksida) yang keluar memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang
ada di garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil
dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk
ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kamatian.
3)
CFC
Pencemara dara
yang berbahaya lainnya adalah gas khloro fluoro karbon (disingkat CFC). Gas CFC
digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak beraksi, tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak berbahaya. Gas ini dapat digunakan misalnya untuk
mengembangkan busa (busa kursi), untuk AC (freon), pendingin pada almari es,
dan penyemprot rambut (hair spray).
Gas CFC yang
membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3). Lapisan ozon
ini merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau tidak ada
lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi, menyebabkan
kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik,
menyebebkan kanker kulit atau kanker retina mata. Jika gas CFC mencapai ozon,
akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut
“berlubang” yang disebut sebagai “lubang” ozon. Menurut pengamatan melalui
pesawat luar angkasa, lubang ozon di kutub Selatan semakin lebar. Saat ini
luasnya telah melebihi tiga kali luas benua Eropa. Karena itu penggunaan AC
harus dibatasi.
4)
SO, CO2
Gas belerang
oksida (SO, CO2) di udara juga dihasilkan oleh pembakaran fosil (minyak,
batubara). Gas tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan,
yang menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam. Hujan asam
mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati. Produksi pertanian merosot.
Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan –bangunan kuno, seperti candi, menjadi
cepat aus dan rusak. Demikian pula bangunan gedungdan jembatan.
5)
Asap Rokok
Polutan udara
yang lain yang berbahaya bagi kesehatan adalah asap rokok. Asap rokok
mengandung berbagai bahan pencemar yang dapat menyababkan batuk kronis, kanker
patu-paru, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan
lainnya. Perokok dapat di bedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok
pasif. Perokok aktif adalah mereka yang merokok. Perokok pasif adalahorang yang
tidak merokok tetapi menghirup asap rokok di suatu ruangan.
Menurut
penelitian, perokok pasif memiliki risiko yang lebih besar di bandingkan
perokok aktif. Jadi, merokok di dalam ruangan bersama orang lain yang tidak
merokok dapat mengganggu kesehatan orang lain.
Akibat yang
ditimbulkan oleh pencemaran udara antara lain :
a)
Terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit
pernapasan (bronkhitis, emfisema, dan kemungkinan kanker paru- paru.
b)
Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi pada logam, dan
memudarnya warna cat.
c)
Terganggunya oertumbuhan tananam, seperti menguningnya daun atau
kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang tinggi
atau gas yang bersifat asam. Adanya peristiwa efek rumah kaca (green house
effect) yang dapat menaikkan suhu udara secara global serta dapat mengubah pola
iklim bumi dan mencairkan es di kutub. Bila es meleleh maka permukaan laut akan
naik sehingga mempengaruhi keseimbangan ekologi.
d)
Terjadinya hujan asam yang disebabkan oleh pencemaran oksida
nitrogen
b.
Pencemaran Air
Pencemaran air
adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya kedalam air
sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air yang terganggu
ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna.
Ditinjau dari
asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara
lain :
1)
Limbah Pertanian Limbah pertanian dapat mengandung polutan
insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika
biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia orang yang
memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida
yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat
biodegradabel (dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai
dengan aturan. Jangan membuang sisa obet ke sungai. Sedangkan pupuk organik
yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air
kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang
demikian akan mengancam kelestarian bendungan. bemdungan akan cepat dangkal dan
biota air akan mati karenanya.
2)
Limbah Rumah Tangga Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber
pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan
organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemek, air buangan manusia) yang
terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan
anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah
bertimbun, menyumbat saluran air, dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain
dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit,
bakteri, dan jamur.
Bahan organik
yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar
oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran
bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacingT ubifex berwarna kemerahan
bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya
pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Dikota-kota, air got
berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Didalam air got
yangdemikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan dengan
limbah industri, limbah rumah tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai
60% dari seluruh limbah yang ada.
3)
Limbah Industri Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke
air. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin
berupa polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuaih, berwarna),
atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau
berupa suhu (air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk
mengendalikan pencemara air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi
pencemaran.
Dilaut, sering
terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan kapal lain. Minyak
yang ada di dalam kapaltumpah menggenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer.
Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang mati
karenanya. Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa mengapung agar
tidak tersebar, kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat yang dapat
menguraikan minyak.
4)
Penangkapan Ikan Menggunakan racun
Sebagian
penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan atau potas
(racun)untuk menangkap ikan tangkapan, melainkan juga semua biota air.
Racun tersebut
tidak hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga hewan-hewan yang masih kecil.
Dengan demikian racun yang disebarkan akan memusnahkan jenis makluk hidup yang
ada didalamnya. Kegiatan penangkapan ikan dengan cara tersebut mengakibatkan
pencemaran di lingkungan perairan dan menurunkan sumber daya perairan.
Akibat yang ditimbulkan
oleh pencemaran air antara lain:
a)
Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan
oksigen.
b)
Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi,
dan Pendangkalan Dasar perairan).
c)
Punahnya biota air, misalnya ikan, yuyu, udang, dan serangga air.
d)
Munculnya banjir akibat got tersumbat sampah.
e)
Menjalarnya wabah muntaber.
c.
Pencemaran tanah
Pencemaran
tanah banyak diakibatkan oleh sampah-sampah rumah tangga, pasar, industri,
kegiatan pertanian, dan peternakan.
Sampah dapat
dihancurkan oleh jasad-jasad renik menjadi mineral, gas, dan air, sehingga
terbentuklah humus. Sampah organik itu misalnya dedaunan, jaringan hewan,
kertas, dan kulit. Sampah-sampah tersebut tergolong sampah yang mudah terurai.
Sedangkan sampah anorganik seperti besi, alumunium, kaca, dan bahan sintetik
seperti plastik, sulit atau tidak dapat diuraikan. Bahan pencemar itu akan
tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang
ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita
setelah ratusan tahun kemudian.
Sebaiknya,
sampah yang akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama adalah sampah
yang terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dapat
dijadikan kompos. Jika pembuatan kompos dipadukan dengan pemeliharaan cacing
tanah, maka akan dapat diperoleh hasil yang baik. cacing tanah dapat dijual
untuk pakan ternak, sedangkan tanah kompos dapat dijual untuk pupuk. Lihat gambar
8.19. Proses ini merupakan proses pendaurulangan (recycle). Kedua adalah sampah
yang tak terurai, dapat dimanfaatkan ulang (penggunaulangan = reuse).Misalnya,
kaleng bekas kue digunakan lagi untuk wadah makanan, botol selai bekas
digunakan untuk tempat bumbu dan botol bekas sirup digunakan untuk menyimpan
air minum.
Baik
pendaurulangan maupun penggunaulangan dapat mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan. Keuntungannya, beban lingkungan menjadi berkurang. Kita tahu bahwa
pencemaran tidak mungkin dihilangkan. Yang dapat kita lakukan adalah mencegah
dampak negatifnya atau mengendalikannya.
Selain
penggunaulangan dan pendaurulangan, masih ada lagi upaya untuk mencegah
pencemaran, yaitu melakukan pengurangan bahan/ penghematan (reduce), dan
melakukan pemeliharaan (repair). Di negara maju, slogan-slogan reuse, reduce,
dan repair, banyak diedarkan ke masyarakat.
Akibat yang
ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain:
1)
Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam
tanah).
2)
Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik
untuk pertumbuhan tanaman, dan
3)
Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi.
2.
Berdasarkan Macam Bahan Pencemaran
Menurut macam bahan pencemarnya, pencemaran dibedakan menjadi
berikut ini,
a.
Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,)
bahan raioaktif, pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik.
b.
Pencemaran Biologi : mikroorganisme seperti Escherichia coli,
Entamoeba coli, Salmonella thyposa.
c.
Pencemara fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
d.
Pencemaran Suara : kebisingan.
Pencemaran
Suara (kebisingan)
Dikota-kota
atau di daerah dekat industri / pabrik sering terjadi kebisingan. Pencemaran
suara disebabkan oleh masuknya bunyi gaduh diatas 50 desibel (disingkat dB,
merupakan ukuran tingkat kebisingan). Bunyi tersebut mengganggu kesehatan dan
ketenangan manusia. Kebisingan menyebabkan penduduk menjadi sulit tidu, bahkan
dapat mengakibatkan tuli, gangguan kejiwaan, dan dapat pula menimbulkan
penyakit jantung, gangguan janin dalam kandungan, dan stress.
Saat ini telah
diusahakan agar mesin-mesin yang digunakan manusia tidak terlalu bising. jika
bising harus diusahakan adanya isolator. menanam tanaman berdaun rimbun di
halaman rumah meredam kebisingan. Bagi mereka yang suka mendengarkan musik yang
hingar bingar, hendaknya mendengarkan di tempat khusus (misal di dalam kamar)
agar tidak mengganggu orang lain.
3.
Berdasarkan Tingkat Pencemaran
Menurut tingkat
pencemarannya, pencemaran dibedakan menjadi sebagai berikut.
a.
Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan
gangguan ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.
b.
Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit
kronis. Contohnya pencemaran Minamata, Jepang.
c.
Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika.
Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di dalam mobil
tertutup, dan pencemaran radioaktif.
B.
Parameter Pencemaran Lingkungan
Untuk mengukur
tingkat pencemaran diasuatu tempat digunakan parameter pencemaran.
Parameterpencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk) terjadinya
pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi.
Paarameter
pencemaran meliputi parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologi.
1.
Parameter Fisik Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna,
rasa, bau, suhu, kekeruhan, dan radioaktivitas.
2.
Parameter Kimia
Parameter kimia
dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman, kadar logam, dan logam berat. Sebagai contoh
berikut disajikan pengukuran pH air, kadar CO2, dan oksigen
terlarut.
a.
Pengukuran pH air
Air sungai
dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan pH 6,5 – 8,5. Karena
pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari
8,5. Bahan-bahan organik biasanya menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam.
Kapurmenyebabkan kondisi air menjadi alkali (basa). jadi, perubahan pH air
tergantung kepada macam bahan pencemarnya. Perubahan nilai pH mempunyai arti
penting bagi kehidupan air. Nilai pH yang rendah (sangat asam) atau tinggi
(sangat basa) tidak cocok untuk kehidupan kebanyakan organisme. Untuk setiap
perubahan satu unit skala pH (dari 7 ke 6 atau dari 5 ke 4) dikatakan keasaman
naik 10 kali. Jika terjadi sebaliknya, keasaman turun 10 kali. Keasaman air
dapat diukur dengan sederhana yaitu dengan mencelupkan kertas lakmus ke dalam
airuntuk melihat perubahan warnanya.
b.
Pengukuran Kadar CO2
Gas CO2 juga dapat
larut ke dalam air. Kadar gas CO2 terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu, pH, dan banyaknya
organismeyang hidup di dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air,
semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut (kecuali jika di dalam air
terdapat tumbuhan air yang berfotosintesis). Kadar gas CO dapat diukur dengan
cara titrimetri.
c.
Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut
Kadar oksigen
terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part per million atau satu
per sejuta; 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan memiliki kadar
oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal
:
1)
Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.
2)
Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari
dasar perairan.
3)
Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada
malam hari.
Pencemaran air
(terutama yang disebabkan oleh bahan pencemar organik) dapat mengurangi
persediaan oksigen terlarut. hal ini akan mengancam kehidupan organisme yang
hidup di dalam air. Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil.
Untuk dapat mengukur kadar oksigen terlarut, dilakukan dengan metode Winkler.
Parameter kimia
yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik dikenal sebagai
parameter biokimia. contohnya adalah pengukuran BOD dab COD.
Pengukuran BOD
Bahan pencemar
organik (daun, bangkai, karbohidrat, protein) dapat diuraikan oleh bakteri air.
Bakteri memerlukan oksigen untuk mengoksidasikan zat-zat organik tersebut.
akibatnya, kadar oksigen terlarut di air semakin berkurang. Semakin banyak
bahan pencemar organik yang ada di perairan, semakin banyak oksigen yang
digunakan, sehingga mengakibatkan semakin kecil kadar oksigen terlarut.
Banyaknya
oksigen terlerut yang diperlukan bakteri untuk mengoksidasikan bahan organik
disebut sebagai Konsumsi Oksigen Biologis (KOB) atau Biological Oksigen Demand,
yang biasa disingkat BOD. Angka BOD ditetapkan dengan menghitung selisih antara
oksigen terlarut awal dan oksigen terlarut setelah air cuplikan (sampel)
disimpan selama 5 hari pada suhu 20oC. Karenanya BOD ditulis secara lengkap BOD205
atau BOD5 saja. Oksigen terlarut awal diibaratkan kadar oksigen maksimal yang
dapat larut di dalam air. Biasanya, kadar oksigen dalam air diperkaya terlebih
dahulu dengan oksigen. Setelah disimpan selama 5 hari, diperkirakan bakteri
telah berbiak dan menggunakan oksigen terlarut untuk oksidasi. Sisa oksigen
terlarut yang ada diukur kembali. Akhirnya, konsumsi oksigen dapat diketahui
dengan mengurangi kadar oksigen awal dengan oksigen akhir (setelah 5 hari).
3.
Parameter Biologi
Di alam
terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang peka dan ada pula yang
tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang peka akan mati
karena pencemaran dan organisme yang tahan akan tetap hidup. Siput air dan
Planaria merupakan contoh hewan yang peka pencemaran. Sungai yang mengandung
siput air dan planaria menunjukkan sungai tersebut belum mengalami pencemaran.
Sebaliknya, cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup dan
bahkan berkembang baik di lingkungan yang kaya bahan organik,meskipun spesies
hewan yang lain telah mati. Ini berarti keberadaab cacing tersebut dapat
dijadikan indikator adanya pemcemaran zat organik. Organisme yang dapat
dijadikan petunjuk pencemaran dikenal sebagai indikator biologis.
Indikator
biologis terkadang lebih dapat dipercaya daripada indikator kimia. Pabrik yang
membuang limbah ke sungai dapat mengatur pembuangan limbahnya ketika akan
dikontrol oleh pihak yang berwenang. Pengukuran secara kimia pada limbah pabrik
tersebut selalu menunjukkan tidak adanya pencemaran. Tetapi tidak demikian
dengan makluk hidup yang menghuni ekosistem air secara terus menerus. Disungai
itu terdapat hewan-hewan, mikroorganisme, bentos, mikroinvertebrata, ganggang,
yang dapat dijadikan indikator biologis.
C.
Dampak Pencemaran Lingkungan
1.
Punahnya Spesies
Sebagaimana
telah diuraikan, polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis
hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki
kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda,
larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat
beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar., adpula yang tidak.
Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada
batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.
2.
Peledakan Hama Penggunaan insektisida dapat pula mematikan
predator. Karena predator punah, maka serangga hama akan berkembang tanpa
kendali.
3.
Gangguan Keseimbangan Lingkungan Punahnya spasies tertentu dapat
mengibah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring
makanan dan lairan energi menjadiberubah. Akibatnya, keseimbangan lingkngan
terganggu. Daur materi dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
4.
Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan
insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan kesuburan tanah.
Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Hal ini
juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan
asam.
5.
Keracunan dan Penyakit
Orang yang
mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat mengalami keracunan.
ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita
kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan ada yang menyebabkan cacat pada
keturunan- keturunannya.
6.
Pemekatan Hayati Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati
tubuh makluk dikenal sebagai pemekatan hayati (dalam bahasa Inggrisnya dikenal
sebagai biomagnificition. 7.Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca
Terbentuknya Lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan permasalahan
global yang dirasakan oleh semua umat manusia. Hal ini disebabkan karena bahan
pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain.
D.
Usaha-usaha Mencegah Pencemaran Lingkungan
1.
Meenempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan
atau pemukiman penduduk.
2.
Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari
lingkungan atau ekosistem.
3.
Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia
lain yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
4.
Memperluas gerakan penghijauan.
5.
Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
6.
Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan
hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi, D.A
1998. Buku Penuntun Biologi SMU kelas 1. Jakarta, Erlangga.
Retnowati,
Pristilla. 1999. Seribu Pena Biologi SMU Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Syamsuri,
Istamar. 2000. Biologi 2000 SMU jilid B. Jakarta : Erlangga
Surakarta, 2 Juli 1998
Bintoro
bkusumoh@yahoo.com
Dirapikan kembali oleh Saniman
el-Kudusi
Sumber: http://www.scribd.com/doc/7777351/Pencemaran-lingkungan