Senin, 14 Maret 2022

PATRIOT SEJATI (HUBBUL WATHAN)

 

PATRIOT SEJATI

Saya tidak pernah mengagumi seseorang yang mengklaim patriotisme dan mengklaim bahwa dia telah berkurban untuk negara dengan darah dan harta bendanya. Kemudian Anda melihat orang tersebut dengan kejamnya merobohkan benteng negerinya dengan segala upaya pemaksaan dan kezaliman.

 

Tidak semua orang yang menyerukan patriotisme sebagai patriot, sampai Anda melihatnya bekerja untuk bangsa yang dicintainya, memberikan apa yang dia banggakan dan terhormat demi kemajuan negerinya, berjuang dengan mereka yang berusaha untuk meningkatkan kehormatan negerinya, dan bersusah payah menanggung derita.

 

Adapun orang yang berusaha melemahkan kekuatan negeri, maka jauh panggang dari api sebagai patriot, meski viral suaranya, memenuhi ruang angkasa jeritannya dan berseru bahwa “Aku adalah salah satu patriot sejati”.

 

Patriot sejati adalah cinta pembaruan/ renovasi negeri dan berusaha melayaninya. Seorang patriot yang benar-benar patriot adalah orang yang siap berkurban nyawa demi menghidupkan negaranya dan mau menderita sakit demi kesehatan bangsanya.


Ingatlah, seluruh penduduk (anak negeri) memiliki kewajiban pada negerinya, seperti halnya seorang anak tidak dapat disebut sebagai anak sejati sampai ia melakukan kewajibannya terhadap orangtua. Demikian juga, para putra negeri, tidak akan disebut sebagai anak berbakti sampai ia bangkit menanggung beban pengabdian, membelanya dari orang-orang yang menyakiti dan dapat melindunginya dari para penipu.



Dan di antara kewajiban itu adalah memperbanyak orang-orang terpelajar yang memiliki akhlak yang benar yang tertanamkan dalam hati mereka dengan tagar masyhur yaitu: "Cinta tanah air adalah berasal dari iman”. Dan ini hanya dapat dilakukan dengan cara pengorbanan harta benda/uang untuk kepentingan/ kemaslahatan umum, dan meluangkan waktunya untuk menggalakkan tempat-tempat pendidikan/ sekolah yang melahirkan jiwa patriotisme dan menumbuhkan jiwa-jiwa unggul dan kreativitas yang bagus dan menyerukan mereka untuk bangkit --di saat sudah mencapai kedewasaan-- dapat mengabdi pada bangsanya yang menderita, yang diderita oleh anak-anak negeri yang melebihi apa yang dilakukan musuh-musuhnya.


Dari mereka ini yang tumbuh dewasa akan memunculkan nilai-nilai kehidupan bangsa yang --nyaris ketidaktahuannya-- tertulis dalam kitab-kitab (buku) sejarah masala lalu.

(Sumber: ‘Izhatun Nasyi’in, hal. 14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar