MASIHKAH NABI SAW. MANJADI USWAH HASANAH ?
(Oleh: Saniman el-Kudusi)
Judul
tulisan ini tampaknya memang agak ekstrim, seakan-akan menggugat keimanan yang
sudah mapan bagi umat Islam. Tapi, realnya di masyarakat, orang mengidolakan
tokoh viral yang dilihat di media cetak, maupun elektronik seperti: FB, WA,
Twitter, Line, Tik Tok, Snack Video, Youtube, dll. Di samping itu, peringatan
Maulud atau Milad (emboh sak karepem olehem ngarani) kelahiran Nabi Muhammad SAW. diadakan di masjid,
mushalla, langgar, pondok, madrasah, sekolahan, baik tingkat Rt, Rw, desa,
kota, propinsi sampai pusat, pada menyenandungkan shalawat Nabi dengan lantunan
suara yang diiringi pemukulan terbang dan ada yang dibarengi dengan orgen sehingga
gemuruh memekakkan gendang telinga.
Saya
bukan ahli tafsir maupun hadits, walau pernah belajar di jurusan Tafsir-Hadits,
bahwa peringatan kelahiran Nabi SAW. dengan model seperti di atas, tidak salah jika
ada orang menyebutnya sebagai bid’ah sesat. Namun di tulisan ini
dikesampingkan klaim Bid’ah sesat. Itu urusan lain yang masih bisa
diperdebatkan (debatable). Hanya saja, di sini diketengahkan dampak peringatan
kelahiran Nabi SAW. pada masyarakat, dan sejauhmana keterpengaruhan masyarakat
dengan seorang makhluk paling sempurna yaitu Nabi Muhammad SAW. Peringatana
maulid Nabi bukan sekedar rutinitas belaka, yang sudah barang pasti membuang
energi dan dana yang tidak sedikit jumlahnya.
Bagi
masyarakat awam, atau jamaah yang hadir bisa dimaklumi. Mereka tidak sempat
berpikir akan manfaat, rutinan mauludan di samping Rotinan yang sudah pasti.
Yang penting dapat barokah... wah kalau masalah Barokah (dan bu) hasanah memang
tidak bisa diukur dan diatur.
Kemasan
mahabbah kepada Nabi SAW. yang ditradisikan lewat peringatan Mauludan Nabiy
tergantung tradisi daerah setempat yang biasanya dibacakan kitab suci: Ontologi
Cinta Nabi yaitu sebuah kitab kumpulan syair kerinduan kepada Kanjeng
Rasul yang dikenal dengan nama: Al-Barzanjiy baik yang prosa maupun
puisi. Sebenarnya nama Al-Barzanjiy hanyalah salah satu Mushannif,
penulis. Yang lain ada nama Ad Diba’iy, Al-Bushiriy dengan Burdah-nya.
Dan dda lagi kitab maulid Simthut Duror yang disusun oleh Habib Ali bin
Muhammad bin Husain Al-Habsyiy, asal Hadhramaut, Tarim, Yaman yang lahir 24
Syawal 1259 H/ 1843 M.- 1333 H./ 1913 M. sebagai kitab maulid tersendiri yang
sering ditradisikan dan diviralkan pembacaannya oleh orang-orang yang bergelar Habib
dan followernya.
Terlepas
dari kitab apa yang dibaca di acara Maulidan itu, kumandang shalawat tetap
bergemuruh, baik shalawat yang netral tanpa permintaan yang beraroma duniawi,
seperti shalawat Jibril maupun yang tidak netral yang disisipi
permohonan, seperti shalawat Asyghil, Thibbul Qulub, Asnawiyah shalawat
perjuangan yang disusun oleh KHR Asnawi (orang Kudus biasa mendendangkan ini
sebagai rangkaian pembuka acara). Dan masih banyak lagi teks shalawat yang
disusun oleh para ulama yang memiki rasa/ dzauq bathiniyah atau Arifbillah
(Baca: Kumpulan Shalawat yang dihimpun oleh Syaikh Yusuf bin Isma’il An
Nabhaniy, Afdhalush Shalawat Ala Sayyidis Sadat: Dar Al Kutub Al Ilmiyah,
Bairut, Libanon, 2003).
Dalam
acara maulidan ini tidak ketinggalan ada Mauzhah Hasanah yang
didatangkan penceramah dari lokal sendiri, maupun dari luar daerah, baik kiyai
kampung maupun kiyai yang viral di youtbe yang tidak tahu kondisi masyarakat
yang diceramahi. Lagi-lagi yang penting ramai, bisa ger-geran, membuat hati
senang (sekedar dapat melupakan jeratan rentenir, atau bank plecit). Kita lalu
membayangkan (berpikir sedikit kritis, kritis sedikit), berapa banyak personel
yang terlibat dalam acara ini dengan sekian pengorbanan termasuk finansial/
material.
Hemat
saya, penceramah hendaklah dapat menjadi motivator penggerak kepada audien/
hadirin-hadirat atau pendengar live streaming diuar lokasi agar dalam
ceramahnya minimal jamaah dapat mambawa pulang suatu ilmu, yang tidak hanya
hura-hura, show of force, atau unjuk kekuatan. Dan perlu dipertimbangkan
kembali oleh Sang penceramah, bahwa majlis yang mulia dan strategis ini jangan sekali-kali
hanya mengulas repetisi sejarah kelahiran Nabi SAW. di tahun Gajah, tumbangnya
balatentara Raja Abrohah oleh pasukan misterius Ababil, runtuhnya balkon di istana Kisro (raja Persia),
atau padamnya api yang sudah lama menjadi sesembahan kaum Majusi, pemeluk agama
Zoroaster (Mazdaisme) dan runtuhnya geraja di Buhairah yang diporak-porandakan
oleh angin lesus, (puting beliung), pada saat keliharan Nabi SAW. (kisah ini
mungkin dapat dipejari dalam Sirah Nabawiyah atau kitab As-Syamail Al
Muhammadiyyah karangan At Tirmidzi). Dan ada buku “The 100: A Rangking
of The Most In Influential Persons in History”, karya Michael H. Hart
menempatkan Nabi Muhammad SAW. di ranking pertama, sebagai acuan motivasi, targhib
untuk kita agar tetap mengikuti teladan utama, yaitu Rasulullah SAW. Dan buku
ini sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Mahbub Junaidi.
Sebenarnya
banyak tema yang harus dipertimbangkan oleh penceramah dalam mematri Uswah
Rasul pada hadirin, dan merenungi sunnah dan perilakunya untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, atau pencarian solusi umat di sekitar yang
terdampak masalah untuk dipecahkan. “Man lam yahtamma bi amril muslimina,
falaisa minhum” (0rang yang tak peduli masalah yang dihadapi umat Islam, ia
tidak termasuk kelompok umat Islam itu sendiri), demikian kata Nabi SAW.
meskipun Dhaif secara sanad, tapi misi dalam lafalnya benar yang
termasuk kategori Tolong menolong (lihat: QS. 5: 2). Dan Kitab As-Syamail
Al Muhammadiyyah karya At Tirmidzi, mungkin dapat dijadikan juga informasi
untuk di-tadabbur-i sunnah Nabi kita sebagai Uswah Hasanah,
cermin kehidupan yang tak lapuk oleh zaman. Semisal problem kebodohan dan
kemiskinan umat Islam yang menyebabkan terpinggirnya umat Islam di berbagai
belahan wilayah.
Dalam
kontek kebodohan bisa diungkap tentang ajaran Islam berkenaan dengan menuntut
ilmu dengan segala motivasinya, baik merujuk pada Al-Qur’an maupun hadits.
Sedangkan problem kemiskinan yang diakibatkan oleh rendahnya etos kerja, dengan
minimnya skill karena rendahnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Maka wajib
bagi penceramah menerangkan sejarah Nabi SAW. dari kecil yang sudah hidup
mandiri, memiliki etos kerja tinggi dan sudah produktif.
Dalam
setiap acara mauludan Nabi, pasti penceramah mendasari ceramahnya dengan
membaca surat Al-Ahzab ayat 21: “Laqad Kana Lakum fi Rasulillahi Uswatun
Hasanah...” (Sungguh telah ada pada diri Rasulullah Uswah Hasanah,
suri teladan yang baik bagi kalian...), tapi sangat jarang para muballig
menjelaskan dengan tuntas ayat tersebut tentang pribadi Rasulullah SAW. yang
sudah mandiri dan kratif. Sejak kurang lebih usia 6 tahun beliau sudah memimpin
umat, yaitu sekawanan domba biar nggak tersesat. Beliau ulet dan teguh
menghadapi tantangan dan hambatan.
Kata
kunci kesuksesan antara lain adalah situasi dan kondisi yang terbatas, sehingga
memunculkan etos kerja tinggi untuk keluar dari keterbatasan itu. Dari segi ini
tampaknya lemah dalam keluarga muslim yang berkaitan dengan pendidikan anak.
Ada kecenderungan orangtua tidak mau membuat
iklim terbatas pada anak-anak mereka. Malah sebaliknya, mereka membiarkan anak
bebas tak terbatas, dan mencukupi segala fasilitasnya dengan dalih: “Sayang
Anak”. Akibat yang timbul pada karakter anak adalah: Manja, tidak mandiri,
serba berharap bantuan orang lain, dan hilang semangat mempertahankan diri.
Lihat saja sekarang sebagian para ibu yang
sibuk, khususon guru yang mengajak anaknya di sekolahan. Agar si anak tidak
rewel ditinggal mengajar, maka si ibu memberi mainan HP Android untuk ditonton
anaknya, begitu seterusnya hingga anak selalu manja.
Revolusi Mental
Nabi SAW. mengakui dirinya
diutus oleh Allah SWT. untuk membangun akhlak/ perilaku masyarakat yang lebih
baik, baik bidang sosial maupun keyakinan yang distampel sebagai Jahiliyah,
dengan sabdanya: “Bu’itstu Li’utammima Makarimal Akhlaq” HR. Shahih dari
Abu Hurairah (Aku diutus untuk memperbaiki akhlak). Akhlak disini maksudnya
adalah perbuatan yang diulang-ulang sampai menjadi karakter yang sulit diubah,
kecuali sedikit demi sedikit. (Baca: Al Akhlak, Ahmad Amin). Karakter bangsa
Arab pada umumnya adalah lebih kuat kekufurannya dan kemunafikannya. Ini sangat
wajar mereka tidak mengetahui
batas-batas --ketentuan-- yang diturunkan Allah kepada Rasulnya... (QS. At
Taubat ayat 97), sebab jauh bimbingan dari Rasul (guru, kiyai, ulama, atau yang
semakna).
Peran terpenting misi
kenabian adalah memperbaiki / merevolusi mental umat manusia yang jahiliyah
menjadi masyarakat ilmiyah yang kurang dari seperempat abad, tepatnya 13
tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Kalau diringkas tugas nabi (mungkin)
seperti berikut:
1.
Menanamkan akidah yang benar
2.
Memperbaiki jiwa
3.
Mengajarkan Al-Qur’an
4.
Membina keterampilan umat.
Jika masing-masing poin tersebut bisa diaplikasikan oleh kita bersama,
terutama yang didaulat sebagai tokoh masyarakat, insyaAllah umat Islam maju dan
bisa meneladani tokoh panutan, insan kamil sseluruh jagat raya.
#SemogaManfaat
===========
*Saniman el-Kudusi, 3 Oktober 2023
*Lakpesdam Kudus,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar