Selasa, 03 Oktober 2023

Mauludan Uswah Hasanah

 

MASIHKAH NABI SAW. MANJADI USWAH HASANAH ?

(Oleh: Saniman el-Kudusi)

            Judul tulisan ini tampaknya memang agak ekstrim, seakan-akan menggugat keimanan yang sudah mapan bagi umat Islam. Tapi, realnya di masyarakat, orang mengidolakan tokoh viral yang dilihat di media cetak, maupun elektronik seperti: FB, WA, Twitter, Line, Tik Tok, Snack Video, Youtube, dll. Di samping itu, peringatan Maulud atau Milad (emboh sak karepem olehem ngarani) kelahiran  Nabi Muhammad SAW. diadakan di masjid, mushalla, langgar, pondok, madrasah, sekolahan, baik tingkat Rt, Rw, desa, kota, propinsi sampai pusat, pada menyenandungkan shalawat Nabi dengan lantunan suara yang diiringi pemukulan terbang dan ada yang dibarengi dengan orgen sehingga gemuruh memekakkan gendang telinga.

            Saya bukan ahli tafsir maupun hadits, walau pernah belajar di jurusan Tafsir-Hadits, bahwa peringatan kelahiran Nabi SAW. dengan model seperti di atas, tidak salah jika ada orang menyebutnya sebagai bid’ah sesat. Namun di tulisan ini dikesampingkan klaim Bid’ah sesat. Itu urusan lain yang masih bisa diperdebatkan (debatable). Hanya saja, di sini diketengahkan dampak peringatan kelahiran Nabi SAW. pada masyarakat, dan sejauhmana keterpengaruhan masyarakat dengan seorang makhluk paling sempurna yaitu Nabi Muhammad SAW. Peringatana maulid Nabi bukan sekedar rutinitas belaka, yang sudah barang pasti membuang energi dan dana yang tidak sedikit jumlahnya.

            Bagi masyarakat awam, atau jamaah yang hadir bisa dimaklumi. Mereka tidak sempat berpikir akan manfaat, rutinan mauludan di samping Rotinan yang sudah pasti. Yang penting dapat barokah... wah kalau masalah Barokah (dan bu) hasanah memang tidak bisa diukur dan diatur.

            Kemasan mahabbah kepada Nabi SAW. yang ditradisikan lewat peringatan Mauludan Nabiy tergantung tradisi daerah setempat yang biasanya dibacakan kitab suci: Ontologi Cinta Nabi yaitu sebuah kitab kumpulan syair kerinduan kepada Kanjeng Rasul yang dikenal dengan nama: Al-Barzanjiy baik yang prosa maupun puisi. Sebenarnya nama Al-Barzanjiy hanyalah salah satu Mushannif, penulis. Yang lain ada nama Ad Diba’iy, Al-Bushiriy dengan Burdah-nya. Dan dda lagi kitab maulid Simthut Duror yang disusun oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyiy, asal Hadhramaut, Tarim, Yaman yang lahir 24 Syawal 1259 H/ 1843 M.- 1333 H./ 1913 M. sebagai kitab maulid tersendiri yang sering ditradisikan dan diviralkan pembacaannya oleh orang-orang yang bergelar Habib dan followernya.

            Terlepas dari kitab apa yang dibaca di acara Maulidan itu, kumandang shalawat tetap bergemuruh, baik shalawat yang netral tanpa permintaan yang beraroma duniawi, seperti shalawat Jibril maupun yang tidak netral yang disisipi permohonan, seperti shalawat Asyghil, Thibbul Qulub, Asnawiyah shalawat perjuangan yang disusun oleh KHR Asnawi (orang Kudus biasa mendendangkan ini sebagai rangkaian pembuka acara). Dan masih banyak lagi teks shalawat yang disusun oleh para ulama yang memiki rasa/ dzauq bathiniyah atau Arifbillah (Baca: Kumpulan Shalawat yang dihimpun oleh Syaikh Yusuf bin Isma’il An Nabhaniy, Afdhalush Shalawat Ala Sayyidis Sadat: Dar Al Kutub Al Ilmiyah, Bairut, Libanon, 2003).

            Dalam acara maulidan ini tidak ketinggalan ada Mauzhah Hasanah yang didatangkan penceramah dari lokal sendiri, maupun dari luar daerah, baik kiyai kampung maupun kiyai yang viral di youtbe yang tidak tahu kondisi masyarakat yang diceramahi. Lagi-lagi yang penting ramai, bisa ger-geran, membuat hati senang (sekedar dapat melupakan jeratan rentenir, atau bank plecit). Kita lalu membayangkan (berpikir sedikit kritis, kritis sedikit), berapa banyak personel yang terlibat dalam acara ini dengan sekian pengorbanan termasuk finansial/ material.

            Hemat saya, penceramah hendaklah dapat menjadi motivator penggerak kepada audien/ hadirin-hadirat atau pendengar live streaming diuar lokasi agar dalam ceramahnya minimal jamaah dapat mambawa pulang suatu ilmu, yang tidak hanya hura-hura, show of force, atau unjuk kekuatan. Dan perlu dipertimbangkan kembali oleh Sang penceramah, bahwa majlis yang mulia dan strategis ini jangan sekali-kali hanya mengulas repetisi sejarah kelahiran Nabi SAW. di tahun Gajah, tumbangnya balatentara Raja Abrohah oleh pasukan misterius Ababil,  runtuhnya balkon di istana Kisro (raja Persia), atau padamnya api yang sudah lama menjadi sesembahan kaum Majusi, pemeluk agama Zoroaster (Mazdaisme) dan runtuhnya geraja di Buhairah yang diporak-porandakan oleh angin lesus, (puting beliung), pada saat keliharan Nabi SAW. (kisah ini mungkin dapat dipejari dalam Sirah Nabawiyah atau kitab As-Syamail Al Muhammadiyyah karangan At Tirmidzi). Dan ada buku “The 100: A Rangking of The Most In Influential Persons in History”, karya Michael H. Hart menempatkan Nabi Muhammad SAW. di ranking pertama, sebagai acuan motivasi, targhib untuk kita agar tetap mengikuti teladan utama, yaitu Rasulullah SAW. Dan buku ini sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Mahbub Junaidi.

            Sebenarnya banyak tema yang harus dipertimbangkan oleh penceramah dalam mematri Uswah Rasul pada hadirin, dan merenungi sunnah dan perilakunya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, atau pencarian solusi umat di sekitar yang terdampak masalah untuk dipecahkan. “Man lam yahtamma bi amril muslimina, falaisa minhum” (0rang yang tak peduli masalah yang dihadapi umat Islam, ia tidak termasuk kelompok umat Islam itu sendiri), demikian kata Nabi SAW. meskipun Dhaif secara sanad, tapi misi dalam lafalnya benar yang termasuk kategori Tolong menolong (lihat: QS. 5: 2). Dan Kitab As-Syamail Al Muhammadiyyah karya At Tirmidzi, mungkin dapat dijadikan juga informasi untuk di-tadabbur-i sunnah Nabi kita sebagai Uswah Hasanah, cermin kehidupan yang tak lapuk oleh zaman. Semisal problem kebodohan dan kemiskinan umat Islam yang menyebabkan terpinggirnya umat Islam di berbagai belahan wilayah.

            Dalam kontek kebodohan bisa diungkap tentang ajaran Islam berkenaan dengan menuntut ilmu dengan segala motivasinya, baik merujuk pada Al-Qur’an maupun hadits. Sedangkan problem kemiskinan yang diakibatkan oleh rendahnya etos kerja, dengan minimnya skill karena rendahnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Maka wajib bagi penceramah menerangkan sejarah Nabi SAW. dari kecil yang sudah hidup mandiri, memiliki etos kerja tinggi dan sudah produktif.

            Dalam setiap acara mauludan Nabi, pasti penceramah mendasari ceramahnya dengan membaca surat Al-Ahzab ayat 21: “Laqad Kana Lakum fi Rasulillahi Uswatun Hasanah...” (Sungguh telah ada pada diri Rasulullah Uswah Hasanah, suri teladan yang baik bagi kalian...), tapi sangat jarang para muballig menjelaskan dengan tuntas ayat tersebut tentang pribadi Rasulullah SAW. yang sudah mandiri dan kratif. Sejak kurang lebih usia 6 tahun beliau sudah memimpin umat, yaitu sekawanan domba biar nggak tersesat. Beliau ulet dan teguh menghadapi tantangan dan hambatan.

            Kata kunci kesuksesan antara lain adalah situasi dan kondisi yang terbatas, sehingga memunculkan etos kerja tinggi untuk keluar dari keterbatasan itu. Dari segi ini tampaknya lemah dalam keluarga muslim yang berkaitan dengan pendidikan anak.

Ada kecenderungan orangtua tidak mau membuat iklim terbatas pada anak-anak mereka. Malah sebaliknya, mereka membiarkan anak bebas tak terbatas, dan mencukupi segala fasilitasnya dengan dalih: “Sayang Anak”. Akibat yang timbul pada karakter anak adalah: Manja, tidak mandiri, serba berharap bantuan orang lain, dan hilang semangat mempertahankan diri.

Lihat saja sekarang sebagian para ibu yang sibuk, khususon guru yang mengajak anaknya di sekolahan. Agar si anak tidak rewel ditinggal mengajar, maka si ibu memberi mainan HP Android untuk ditonton anaknya, begitu seterusnya hingga anak selalu manja.

Revolusi Mental

            Nabi SAW. mengakui dirinya diutus oleh Allah SWT. untuk membangun akhlak/ perilaku masyarakat yang lebih baik, baik bidang sosial maupun keyakinan yang distampel sebagai Jahiliyah, dengan sabdanya: “Bu’itstu Li’utammima Makarimal Akhlaq” HR. Shahih dari Abu Hurairah (Aku diutus untuk memperbaiki akhlak). Akhlak disini maksudnya adalah perbuatan yang diulang-ulang sampai menjadi karakter yang sulit diubah, kecuali sedikit demi sedikit. (Baca: Al Akhlak, Ahmad Amin). Karakter bangsa Arab pada umumnya adalah lebih kuat kekufurannya dan kemunafikannya. Ini sangat wajar mereka  tidak mengetahui batas-batas --ketentuan-- yang diturunkan Allah kepada Rasulnya... (QS. At Taubat ayat 97), sebab jauh bimbingan dari Rasul (guru, kiyai, ulama, atau yang semakna).

            Peran terpenting misi kenabian adalah memperbaiki / merevolusi mental umat manusia yang jahiliyah menjadi masyarakat ilmiyah yang kurang dari seperempat abad, tepatnya 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Kalau diringkas tugas nabi (mungkin) seperti berikut:

1.     Menanamkan akidah yang benar

2.     Memperbaiki jiwa

3.     Mengajarkan Al-Qur’an

4.     Membina keterampilan umat.

Jika masing-masing poin tersebut bisa diaplikasikan oleh kita bersama, terutama yang didaulat sebagai tokoh masyarakat, insyaAllah umat Islam maju dan bisa meneladani tokoh panutan, insan kamil sseluruh jagat raya.

#SemogaManfaat

===========

*Saniman el-Kudusi, 3 Oktober 2023

*Lakpesdam Kudus,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar